Rabu, 06 September 2017

Puisi » Kau Berbeda | Nadya Talitah Rokhma

Kau Berbeda
        Oleh : Nadya Talitah Rokhma

Kurangkai bait indah ini
Karena ku terinspirasi dirimu
Seulas senyum kian merekah di bibirku
Seakan tak ingin memudar
Itu juga karena dirimu

Ucapku takkan pernah jauh dari namamu
Disemua penjuru arah hanya terbayang wajahmu
Tak pernah kumenyadari akan cerita seperti ini
Tertawa bersamamu
Merindukan sosok insan seperti dirimu
Membuat hatiku kian berdebar karenamu

Tundukku saat kau menatapku
Mungkin, hanya itulah yang dapat kulakukan
Jika kamu lihat rona merah di pipiku
Kamu pasti akan tersenyum dan aku malu
Tapi, aku ingin kamu tahu
Bahwa aku benar-benar inginkanmu

Takkan pernah ada kata indah yang dapat kuucap
Jika kau tak hadir dan memotivasiku
Kau berbeda dari yang lainnya
Dan, semoga kau memang berbeda

Selasa, 04 Juli 2017

Puisi » Ibuku tercinta | Nadya Talitah Rokhma

Ibuku Tercinta
    oleh : Nadya Talitah Rokhma

Dari ujung dunia sampai dasarnya
Kasihmu takkan pernah menghilang
Dari lembab menjadi tandus
Cintamu takkan pernah lekang oleh waktu
Milikmu abadi hingga akhir zaman

Ribuan gejolak rasa cinta
Hanya cintamu yang terasa luar biasa
Kehangatanmu tak diragukan
Lebih hangat dari beberapa tumpuk mantel
Kesejukanmu tak diragukan
Lebih sejuk dibanding udara di pegunungan

Do'a dan restumu selalu menyertai di setiap langkahku
Ku tahu do'amu yang terbaik
Ku tahu restumu yang paling utama
Kau ridhoi ku Allah juga meridhoi

Tak dapat ku ungkapkan rasa terima kasihku
Bait-baitku juga tak seindah lantunan tuturmu
Perilaku diriku juga takkan pernah dapat membalas semua pengorbananmu
Terima kasih ibuku tercinta

°°°°°°°°°°°°°°°°°oOo°°°°°°°°°°°°°°°°°

Ku dedikasikan puisi kepada Ibuku yang selalu merawatku.
Yang selalu ada di dalam suka maupun dukaku.
Yang selalu bersabar untuk menjagaku.
Yang selalu bersyukur dengan kekuranganku.
Yang selalu mengasihi dan mencintaiku sepanjang waktuku.

"Ibu adalah pelita bagi semua ankanya. Cintai ibumu melebihi engkau mencintai pribadimu. Karena kasih ibu akan selalu ada di sepanjang zaman"

°° N Titia Alie °°

Sabtu, 01 Juli 2017

Puisi » Teruntuk Agus Musyafa | Nadya Talitah Rokhma

Puisi teruntuk Agus Musyafa
   oleh : Nadya Talitah Rokhma

Belum pernah kutemui sebelumnya
Seseorang seperti engkau
Seseorang sebaik engkau
Seseorang sesabar engkau
Seseorang yang tak pernah lelah menjelajah waktu

Ku lihat hanya dari sisi pandangku
Seorang hacker hebat dambaan seorang pemula
Seorang opreker cerdas pujaan seorang pemula
Seorang santri yang tak banyak diketahui mereka

Ingin kudengar dari engkau
Sebuah nada lantunan sholawat
Ingin kulihat langsung engkau
Menabuh sebuah rebana yang suci

Tutur kata seorang Agus Musyafa
Tak pernah lepas dari sebuah motivasi
Tak pernah lepas dari sebuah kebaikan
Tak pernah lepas dari sebuah gurauan

Dialah temanku
Teman yang selama ini memberiku sebuah motivasi
Teman yang selama ini memberiku sebuah kebaikan
Teman yang selama ini memberiku sebuah gurauan

---------oOo---------

Di dedikasikan untuk temanku Agus Musyafa.
Semoga Allah selalu menjaga erat jalinan pertemanan kita meskipun jarak dan waktu akan selalu menghadang.

Jumat, 30 Juni 2017

Cerpen » Menyesal | Nadya Talitah Rokhma

Cerita Pendek
             Menyesal....

Oleh : Nadya Talitah Rokhma

--
Di dedikasikan untuk semua ibu....

---

Hari raya pada waktu ini, Rea ingin mengajak ibunya ke rumah ustadzahnya. Rea berharap ibunya mau pergi bersamanya.

"Bu, Nanti kita ke rumahnya ustadzah ya," pinta Rea pada ibunya yang sedang menonton televisi.

"Kamu sama adikmu aja. Masa' harus sama ibu sih?" jawab ibunya.

"Kok malah sama adik sih bu. Kan Rea maunya sama ibu," jelas Rea.

"Sama adik aja. Kamu kan udah besar. Masa' selalu sama ibu terus!" jawab ibunya bersikeras tidak mau.

"Kan ibu itu ibunya aku. Wajar dong kalo aku ke rumah ustadzah ngajak ibu. Pokoknya ibu harus temenin aku silaturrahmi ke rumah ustadzah," ucap Rea dan langsung meninggalkan ibunya.

Rea pikir ibunya akan langsung menyetujuinya untuk silaturrahmi bersama ke rumah ustadzah. Ternyata, ibunya bersikeras tidak mau.

Keesokan harinya, Rea mencoba kembali bicara kepada ibunya untuk silaturahmi bersama ke rumah ustadzah dengan cara baik-baik. Tapi, ibunya tetap pada jawabannya kemarin.

Dan keesokan harinya lagi, tetangga sebelah rumah Rea sakit dan di bawa ke rumah sakit. Rea masih ada hubungan keluarga dengan orang yang sakit.

Rea waktu itu sedang tidur siang. Dan saat ia bangun ibunya tidak ada di rumah.

"Ibu kemana dek?" tanya Rea pada kedua adiknya.

"Ke rumah sakit. Jenguk tetangga yang sakit," jawab Bayu.

"Kok kakak nggak tau ya? Kapan berangkatnya?" tanya Rea lagi.

"Waktu kakak tidur siang tadi," jawab Vera.

"Oh.. Udah maghrib tapi kok belum pulang ya?" gumam Rea.

Tak lama, ada tetangga Rea datang.

"Rea, tadi ibu kamu nelpon dan pesen buat ambilin baju ganti. Nanti, teteh kan mau jenguk sekalian bajunya di titipin teteh," ucap Teh Indah saat masuk ke rumah Rea.

"Loh? Jadi, ibu nginep di rumah sakit ya teteh?" tanya Rea terkejut.

"Iya atuh neng Rea. Ibunya tadi bilang kayak begitu," jawab teteh Indah,"Ya udah ya. Teteh mau siap-siap dulu. Ntar kalo bajunya udah di bungkusin rapi anter aja ke rumah teteh!" lanjut teteh Indah dan bergegas pulang ke rumahnya.

"Yah.. Nggak jadi silaturahmi lagi ke rumah ustadzah dong kalo ibu nginep di rumah sakit," gumam Rea dan segera membungkus baju ganti milik ibunya.

Rea mengantarkan baju itu ke rumah teteh Indah.

"Teh, ini baju gantinya ibu," ucap Rea saat berada di rumah Teteh Indah.

"Oh iya. Siniin," jawab teteh Indah dan menerima bungkusan yang di berikan Rea.

"Ya udah teh. Rea pulang dulu. Makasih ya Teh!" ucap Rea dan bergegas pulang.

Sebenarnya hati Rea sangat berkecamuk saat mengetahui ibunya akan menginap di rumah sakit. Padahal, Rea sudah beberapa kali meminta ibunya untuk ikut silaturahmi ke rumah ustadzahnya.

"Giliran urusan orang lain aja mau!" gerutu Rea dan memasuki kamarnya.

Tak berapa lama, suara deru sepeda motor mendekat ke arah rumahnya dan suara motor itu berhenti. Rea melonjak dari kasurnya dan melihat siapa yang datang. Ternyata ibunya.

"Katanya nginep di rumah sakit?" tanya Rea pada ibunya yang baru turun dari sepeda motor.

"Nggak jadi. Tadi, anaknya si Nino datang," jawab Ibu Rea dan meletakkan tasnya.

Rea melihat ke arah jam yang masih menunjukkan pukul 6.40 malam. Rea berpikir bahwa ibunya pasti mau jika ia meminta untuk silaturahmi ke rumah ustadzah.

"Ya udah kalo gitu kita ke rumah ustdzah aja sekarang," usul Rea di sertai senyuman.

"Kan udah ibu bilang sama adek kamu aja. Ibu sekarang capek. Besok harus balik lagi ke rumah sakit jam setengah tujuh buat gantiin Nino jagain ibunya," jelas ibunya membuat hati Rea semakin sakit.

"Kok ibu gitu sih? Giliran Rea aja minta ibu temenin silaturahmi ke ustadzah ibu nggak mau. Lah sekarang di suruh buat jagain ibunya orang lain sakit aja mau," ucap Rea dengan nada kesalnya.

"Ya kan kamu bisa sama adek kamu. Ibu kan jagain orang sakit Rea!" tutur ibunya lagi.

"Rea nggak mau tau!" ucap Rea kesal.

Rea bergegas menuju kamarnya. Rea sangat kesal dengan ibunya. Rea seperti merasa tak di anggap oleh ibunya.

Rea menangis terisak di kamarnya. Ia hanya mau dengan ibunya tapi, ibunya tidak mau dan lebih mengedepankan orang lain. Rea kecewa dengan sikap ibunya.

Rea terus terisak dan akhirnya ia terlelap.

Pagi hari...
Ibu Rea membangunkan Rea. Kemudian, Rea bangun dan mengambil air wudlu untuk melaksanakan sholat shubuh. Rea sudah melupakan kekesalannya pada ibunya meski hatinya masih terluka.

Rea juga menyadari bahwa ibanya sedang capek karena baru saja jagain orang sakit.

Setelah menunaikan kewajiban sholat shubuh, Rea berjalan menuju dapur dan berniat akan membantu ibunya.

"Ibu jadi ke rumah sakit?" tanya Rea.

"Nggak jadi. Nanti ibu masak buat wetonnya tetangga kita yang sakit," jawab ibu Rea.

"Lah, nggak jadi ke rumahnya ustadzah dong?" tanya Rea mulai jutek.

"Udah, sama adek kamu aja Rea. Ibu sibuk!" jawab ibunya.

"Rea bingung deh sama ibu. Seharusnya ibu itu mau nemenin Rea silaturahmi ke rumah ustadzah. Sekarang ibu harus sibuk karena tetangga yang sakit," jelas Rea kesal.

"Ya silaturahmi kan bisa sama adek kamu Rea!" jawab ibunya bersikeras.

"Kan lebih pantesnya sama ibu. Ibu nggak pernah ngepentingin anak. Ibu selalu aja ngepentingin orang lain!" kesal Rea pada ibunya.

"Penting mana silaturahmi sama orang sakit?" ibu Rea malah bertanya.

"Padahal Rea udah minta ibu dari jauh-jauh hari. Tapi ibu nggak mau. Anaknya yang minta malah di keterbelakangin. Giliran orang lain yang minta aja di keterdepanin. Pentingan mana sih anak sama orang lain?" jelas Rea lagi.

"Buat apa anak bendel di pentingin?" jawab ibu Rea sedikit nada bercanda.

"Rea kecewa tau nggak sama ibu. Ibu nggak pernah ngepentingin urusan anak ibu. Ibu lebih milih orang lain ketimbang anak. Rea bener-bener kecewa sama ibu!" jelas Rea kesal dan kini Rea tak kuat lagi membendung air matanya.

"Ya kan orang sakit harus di pentingin Rea. Besok aja silaturahmi ke rumah ustadzah kalo urusan ibu udah kelar!" jelas ibunya.

"Besok-besok mulu. Padahal udah berapa hari Rea minta? Hati Rea sakit bu kalo ibu nggak ngepeduliin Rea!" jelas Rea berkaca-kaca.

Rea berlari menuju kamarnya dan mengurungkan niat untuk membantu ibunya. Entah, apa yang dirasakan Rea. Yang pastinya hati Rea sakit. Hanya satu kata di benak Rea. Kecewa. Ya, Rea kecewa dengan ibunya.

Rea bersiap-siap akan pergi ke rumah ustadzahnya. Ia sudah berniat ke rumah ustadzahnya sendirian. Ya, meskipun berharap ibu bersamanya. Rea berfikir itu tidak mungkin terjadi.

Saat Rea melajukan motornya, Sebuah mobil hitam menabraknya dan Rea terluka parah. Rea segera di larikan ke rumah sakit untuk perawatan.

Disisi lain, ibu Rea baru mengetahui kabar kecelakaan Rea saat seseorang tetangganya memberitahu. Ibu Rea barhambur meninggalkan pekerjaannya dan bergegas menuju rumah sakit dengan suaminya.

Namun, saat ibu Rea sudah berada di rumah sakit, ia harus melihat putrinya dalam keadaan tak bernyawa.

Ibu Rea sangat menyesal. Iamenyalahkan dirinya sendiri.
Andai, ia mau menemani putrinya saat putrinya meminta agar ia menemani silaturahmi ke rumah ustadzah.
Andai, ia lebih mementingkan urusan putrinya daripada orang lain
Andai, ia tahu bahwa putrinya akan seperti ini
Ia menyesal. Ia menangis tersedu-sedu di dekat jenazah putrinya.

--oOo-- Tamat --oOo--

Kamis, 22 Juni 2017

Puisi » Hari Bahagiamu | Nadya Talitah Rokhma

Hari Bahagiamu
Oleh : Nadya T.R

Hari yang bahagia untukmu
Hari dimana kau dilahirkan ke dunia ini
Hanya doa yang kupanjatkan
Pada Yang Maha Kuasa
Agar kau bahagia

Meskipun aku bukan yang berharga bagimu
Tapi doaku selalu untukmu
Menemani disetiap langkahmu
Menemani disetiap tujuanmu

Aku bukan seorang yang puitis tukmerangkai kata
Tapi satu ucapan bermakna untukmu
Selamat Ulang Tahun
Hanya itu yang dapat kuucapkan

Semoga kau lebih bahagia sekarang
Dengan kedewasaanmu yang semakin bertambah
Di umurmu yang sekarang
Kau kan tahu betapa beratnya dunia
Dan, melangkahlah dengan tujuanmu
Buat hari ini dan esok kan bermakna

Puisi » Kepada Venus | Nadya Talitah Rokhma

Kepada Venus
    Oleh : Nadya Talitah Rokhma

Kepada Venus
Yang selalu kupandang kala malam dan pagi hari
Menemani setiap sepiku
Menemani setiap langkah rapuhku

Kepada Venus
Yang selalu bersinar terang dari ribuan bintang yang lainnya
Penenang jiwa
Pengobat rindu
Samarkan hati yang terlunta-lunta

Kepada Venus
Yang berbeda dari yang lainnya
Yang mampu menyelipkan tawa
Yang mampu mengubah rasa
Yang mampu mengalihkan perhatian

Kepada Venus
Yang terlihat indah
Namun, aku tak bisa tinggal
Ingin kusentuh namun tak tercapai
Hanya dapat kupandang dengan hati berdebar

Kepada Venus
Kuterbangkan pesawat kertasku
Berharap dapat menyentuhmu
Berharap Venus membaca apa yang kutuliskan
Keluh kesahku
Langkah keraguanku
Dan, semua tentang hidupku

Puisi » Surat Kecil untuk Tuhan | Nadya Talitah Rokhma

Surat Kecil untuk Tuhan
Oleh:  N Titia Alie(Nadya T.R)

Aku takkan berhenti berjuang
Jalan hidupku masih panjang
Aku takkan lelah
Walau akan banyak cobaan yang akan datang
Yakinkan aku untuk bertahan, Tuhan

Aku hidup dalam sepiku
Aku hidup dengan ketidakmampuanku
Namun, aku merasa tak ada beban
Aku masih dapat tersenyum
Walau tubuh ini kadang terasa sakit
Beri aku jalan yang indah, Tuhan

Bagiku air mata adalah halangan
Bagiku suara tangis adalah keputus asaan
Aku tak begitu kan?
Walau terkadang aku merasa tak sanggup
Hingga aku jatuh tersungkur
Bantulah aku berdiri lagi, Tuhan

Tinta hitamku telah menggores begitu banyak kata hatiku
Disebuah surat kecil untuk Tuhan
Kan kusimpan dia
Dan akan aku berikan pada Tuhan saat aku menghadap Nya

Apakah hanya aku yang seperti ini?
Ataukah, masih ada banyak lagi diluar sana?
Entah, aku tak tau
Jaga mereka Tuhan, seperti kau menjagaku
Beri mereka kesabaran
Tuhan, Aku yakin telah hidup dengan baik

Puisi » Kau Berbeda | Nadya Talitah Rokhma

Kau Berbeda         Oleh : Nadya Talitah Rokhma Kurangkai bait indah ini Karena ku terinspirasi dirimu Seulas senyum kian merekah di bib...